Jumat, 01 November 2013

sistem saraf


I. PENDAHULUAN


A. Latar Belakang
Sistem syaraf adalah sebuah sistem organ yang mengandung jaringan sel-sel khusus yang disebut neuron yang mengkoordinasikan tindakan binatang dan mengirimkan sinyal antara berbagai bagian tubuhnya. Pada kebanyakan hewan sistem saraf terdiri dari dua bagian, pusat dan perifer. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf perifer terdiri dari neuron sensorik, kelompok neuron yang disebut ganglia, dan saraf menghubungkan mereka satu sama lain dan sistem saraf pusat. Daerah ini semua saling berhubungan melalui jalur saraf yang kompleks. Di sistem saraf enterik, suatu subsistem dari sistem saraf perifer, memiliki kapasitas, bahkan ketika dipisahkan dari sisa dari sistem saraf melalui sambungan primer oleh saraf vagus, untuk berfungsi dengan mandiri dalam mengendalikan sistem gastrointestinal. Seluruh sistem saraf tesebut saling terhubung satu dengan yang lainya membentuk suatu jaringan yang mengatur kerja tubuh.
Sistem saraf pusat merupakan bagian yang anatomi tubuh yang sangat lunak, dan terbagi menjadi dua bagian yaitu otak (ensenphalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Karena bagian-bagian dari sistem saraf pusat ini adalah bagian yang sangat lunak, maka selain dilindungi oleh tengkorak dan ruas-ruas tulang belakang, juga dilapisan tiga lapisan membran, yang disebut dengan membrane meninges. Jika membaran ini mengalami infeksi, maka akan mengalami radang yang disebut dengan radang meningitis (radang otak). Membran meninges terdiri dari piameter, arachnoidea mater dan durameter. Otak dan sumsum tulang belakang mempunyai 3 materi esensial yaitu substansi grissea, substansi alba dan sel sel neuroglia. Otak mempunyai

lima bagian utama, yaitu: otak besar (serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum), sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol. Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama tetapi susunannya berbeda.
B. Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut :
       1.    Mempelajari fungsi dari bagian-bagian susunan syaraf pusat.
       2.    Mempelajari aksi interagatif dari susunan syaraf dan sifat-sifat berbagai macam refleks.
       3.    Untuk dapat mempelajari cara mematikan katak
       4.    Untuk dapat mengetahui respon otot pada hewan(katak)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum, sistem syaraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang tindih: input sensoris, integrasi, dan output motoris. Input adalah penghantaran atau konduksi sinyal dari reseptor sensoris, misalnya sel-sel pendeteksi cahaya dimata, ke pusat integrasi. Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal dari stimulus reseptor sensoris oleh lingkungan, kemudian dihubungkan dengan respon tubuh yang sesuai. Sebagian integrasi dilakukan dalam sistem syaraf pusat, yaitu otak dan sum-sum tulang belakang (pada vertebrata). Output motoris adalah penghantaran sinyal dari pusat integrasi, yaitu SSP, ke sel-sel efektor, sel-sel otot atau sel-sel kelenjar yang mengaktualisasikan respon tubuh terhadap stimilus tersebut (Campbell, 2004).

Jaringan saraf adalah merasakan adanya stimulus atau rangsangan dan menghantarkan sinyal dari satu bagian tubuh hewan ke bagian tubuh yang lain. Unit fungsional jaringan saraf adalah neuron,  atau sel saraf, yang sangat unik dikhususkan untuk menghantarkan sinyal yang disebut impuls saraf. Neuron terdiri atas sebuah badan sel dan dua atau lebih penjuluran,atau proses, yang disebut dendrite dan akson, yang panjangnya bisa mencapai satu meter pada manusia. Dendrite menghantarkan impuls dari ujungnya menuju bagian neuron yang lainnya. Akson menghantarkan impuls menuju neuron lainnya atau menuju efektor, suatu struktur (misalnya sel otot) yang melakukan respons tubuh
(Campbell, 2004).

Otak depan merupakan pusat saraf utama, karena memiliki fungsi yang penting dalam pengaturan semua aktivitas tubuh, khususnya berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan pertimbanangan. Secara terperinci aktivitas tersebut dikendalikan pada daerah yang berbeda. Di depan lekuk tengah (Sulkus sentralis) terdapat daerah motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar.

Bagian paling bawah pada korteks motor mempunyai hubungan dengan kemampuan bicara. Daerah anterior pada lobus frontalis berhubungan dengan kemampuan berfikir.Di belakang (posterior) sulkus sentralis merupakan daerah sensori.Pada daerah ini berbagai sifat perasa dirasakan kemudian ditafsirkan.Daerah pendengaran (auditori) terletak pada lobus temporal.Di daerah ini kesan atas suara diterima dan diinterprestasikan. Daerah visual (penglihatan) terletak pada ujung lobus oksipetal  yang menerima bayangan dan selanjutnya bayangan itu ditafsirkan. Adapun pusat pengecap dan pembau terletak di lobus temporal bagian ujung anterior (Kimball, 1983).

Sumsum tulang belakang (Medula spinalis) terletak di dalam rongga ruas-ruas tulang belakang, memanjang dimulai dari ruas tulang leher sampai dengan antara tulang pinggang pertama dan kedua. Susunan sumsum tulang belakang sama seperti susunan sumsum lanjutan yaitu tersusun atas dua lapisan. Lapisan luar berwarna putih berisi dendrit dan neurit, sedangkan lapisan dalam berwarna abu-abu yang banyak mengandung sel saraf. Fungsi sumsum tulang belakang adalah sebagai pusat dari gerak refleks, penghantar implus sensori dari kulit atau otot ke otak dan membawa implus motor dari otak ke otot tubuh. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang dalam yang berwarna abu-abu berbentuk seperti kupu-kupu (ada yang mengatakan mirip huruf H) dan terdiri atas:
1.    Akar dorsal yang mengandung saraf sensori
2.    Akar ventral yang mengandung saraf motor eferen
3.    Saluran pusat (canal central) yaitu saluran yang mengandung cairan serebrospinal yang berhubungan dengan rongga ventrikel dalam otak (Soedjono, 1999.).

Serabut otot memiliki elemen kontraktil yang disebut miofibril. Adanya miofibril menyebabkan serabut otot memiliki kemampuan untuk berkontraksi. Ada tiga jenis jaringan otot yaitu otot lurik, otot polos dan otot jantung. Pada penampang melintang otot lurik, tampak tersusun sebagai pita-pita sejajar, inti banyak dan terlatak pada bagian perifer dibawah sarkolema. Myofibril otot lurik mengandung keping gelap dan terang secara bergantian yang tampak seperti garis-garis gelap dan terang. Diantara serabut otot terdapat jaringan ikat longgar yang disebut endomisium. Massa sebuah otot rangka tersusun dalam berkas-berkas teratur yang dikelilingi oleh suatu sarung eksternal jaringan. Penyambung pada yang disebut epimisium. Dari epimisium terbentuk septum tipis jaringan penyambung yang berjalan kedalam dan mengelilingi berkas-berkas serabut didalam suatu otot. Septum tersebut dinamkan perimisium. Berkas serabut yang dibungkus oleh perimisium disebut fasikulus. Setiap serabut otot dikelilingi oleh suatu lapisan jaringan penyambung lonngar (Antoni, 2000).

III. METODOLOGI KERJA


A.Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2013. Dilaboratorium  zoologi jurusan Biologi universitas lampung.

B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam  praktikum ini adalah  : katak, alat diseksi, baskom, air, sonde, penggaris, cuka, garam.

C. Cara Kerja

C.1 Katak dengan single pithing
1.disiapkan katak  2 ekor dengan  ukuran cukup besar.
2. letakkan katak pada papan diseksi
3.ditusukkan sebuah sonde pada foramen occi petale sampai katak menjadi lemas.
4. bedah bagian tungkai belakng namun jangan  sampai mengenai daging tungkai.
5. ukur panjang dan lebar daging yang ada pada tungkai.
6.lalu sentuh otot katak tersebut dengan ujung sonde yang tumpul, lihat gerakan yang terjadi pada otot tersebut, kemudian di ukur lagi lebarnya.
7. ulangi kegiatan 6 namun perlakuannya di ganti dengan perlakuan berturut-turut : dengan garam dapur, larutan cuka, dan  ujung sonde yang sudah dipanaskan.

C.2 katak dengan dobel pithing
1. lakukan lagi kegiatan seperti nomor 1 sampai 3 pada poin katak dengan single pithing.

2. tusukkan lagi sonde tajam ke daerah canalis vertebralis dan memutar-mutar sonde sampai katak mati lemas.
3. lakukan lagi kegiatan yang sama seperti nomor 4-7 pada poin katak dengan single pithing.

C.3 reaksi katak decebrasi
1. disiapkan  1 ekor  katak.
2. dengan menggunaka pisau bedah, potong melintang dengan cepat otaknya.
3. biarkan beberapa saat sampai katak tidak shock.
4. lalu lakukan pengamatan denyut jantung katak selama 30 detik.
5. dicatat berapa kali jantung katak berdenyut selama 30 detik.

C.4 katak dobel pithing
1. disiapkan 1 ekor katak yang dimatikan dengan cara dobel pithing.
2. lalu lakukan kegiatan nomor 3-5 pada poin katak decebrasi.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


A.Hasil Pengamatan

Tabel 1. Katak dengan single pithing
nomor
Tungkai kanan
Tungkai kiri
Delta P setelah perlakuan(cm)
Delta L setelah perlakuan(cm)
Benda tumpul
+++

1,8
0,9
Garam dapur

++
1,7
1
Larutan cuka

+++
2
1,5
Sonde panas
+++

1,8
1,3
Dengan :
Panjang awal : 1,4 cm                        
lebar awal : 1,9 cm

Tabel 2. Katak dengan dobel pithing
nomor
Tungkai kanan
Delta P setelah perlakuan(cm)
Benda tumpul
+
0,2
Garam dapur
+++
0,2
Larutan cuka
+
0,1
Sonde panas
+
0,1
Dengan :
Panjang awal : 3,5 cm                                    
lebar awal : 1,8 cm

Tabel 3. Decebrasi dan dobel pithing
no
Perlakuan
denyut jantung
Sikap
badan
gerakan
spontan
Keseimbangan
bangkit
Kemampuan renang
1
Decebrasi
48
+++
+++
+++
+++
2
normal
-
++++
++++
++++
++++
3
Dobel pithing
28
+
+
+
+
++++ sangat kuat        ++ + kuat        ++ sedang       + lemah

B. Pembahasan

Single Pitching adalah suatu metoda yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum/alat penusuk kedalam otak. Penusukan dilakukan pada bagian foramen occipitale (persambungan antara medulla spinalis dengan medulla oblongata). Tujuannya sama seperti anastesi atau pembiusan. Setelah hewan diperlakukan dengan cara Single Pitching, maka tidak lama setelah itu hewan tersebut akan tampak seperti terbius. single pitching hanya dilakukan dengan satu kali tusukan. Berbeda dengan double pitching yang dilakukan dengan dua kali tusukan.
Sedangkan dobel piting adalah cara mematikan katak dengan menusukkan sonde pada daerah foramen ocipetal dan canalis vertebralis, sehingga baik saraf sadar maupun saraf tak sadar akan mengalami kerusakan, lalu katak akan mati perlahan-lahan.

Sistem saraf terdiri atas sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf pusat termasuk di dalamnya otak dan sumsum tulang belakang. Sistem saraf perifer terdiri atas kumpulan-kumpulan saraf dan ganglia yang tersebar di seluruh tubuh, termasuk saraf kranial dan saraf spinal. Sistem saraf dibangun oleh komponen sel-sel saraf atau neuron dan ganglia (sel Schwann, oligodendrosit, microglia, ependium, astrosit, dan sel-sel satelit) dan jaringan ikat sejati (Soedjono, 1999).

 Jaringan saraf terdiri dari sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron mempunyai struktur yang bercabang-cabang. Melalui cabang-cabang tersebut berbagai bagian tubuh dihubungkan dan aktivitasnya diatur. Jaringan saraf terdapat di otak, urat saraf tulang punggung dan saraf-saraf lainnya. Ada dua macam sel saraf, yaitu sel saraf motorik dan sel saraf sensorik. Sel-sel saraf mempunyai kemampuan untuk bereaksi. Iritabilitas adalah kemampuan jaringan saraf untuk merespons terhadap perubahan lingkungan. Konduktifitas adalah kemampuan jaringan saraf membawa impuls-impuls saraf (pesan) (Isnaeni, 2006).

Secara umum, sistem syaraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang tindih: input sensoris, integrasi, dan output motoris. Input adalah penghantaran atau konduksi sinyal dari reseptor sensoris, misalnya sel-sel pendeteksi cahaya dimata, ke pusat integrasi. Integrasi adalah proses penerjemahan informasi yang berasal dari stimulus reseptor sensoris oleh lingkungan, kemudian dihubungkan dengan respon tubuh yang sesuai. Sebagian integrasi dilakukan dalam sistem syaraf pusat, yaitu otak dan sum-sum tulang belakang (pada vertebrata). Output motoris adalah penghantaran sinyal dari pusat integrasi, yaitu SSP, ke sel-sel efektor, sel-sel otot atau sel-sel kelenjar yang mengaktualisasikan respon tubuh terhadap stimilus tersebut (Campbell, 2004).

Yang dimaksud dengan sistem saraf pusat (central nervoussystem) adalah bagian yang mengatur kerja saraf tepi yang terdapat di otak (brain), batang otak (brain stem), dan sumsum belakang (sPinalcorr!).Otak itu sendiri terdiri dari 2 bagian besar, yaitu otak besar (cerebrum) dan otak kedl (cerebellum).Di dalam kepala otak dibungkus oleh 3 selaput otak (meningen). Sumsum tulang belakang (Medula spinalis) terletak di dalam rongga ruas-ruas tulang belakang, memanjang dimulai dari ruas tulang leher sampai dengan antara tulang pinggang pertama dan kedua. Susunan sumsum tulang belakang sama seperti susunan sumsum lanjutan yaitu tersusun atas dua lapisan. Lapisan luar berwarna putih berisi dendrit dan neurit, sedangkan lapisan dalam berwarna abu-abu yang banyak mengandung sel saraf. Fungsi sumsum tulang belakang adalah sebagai pusat dari gerak refleks, penghantar implus sensori dari kulit atau otot ke otak dan membawa implus motor dari otak ke otot tubuh. Pada penampang melintang sumsum tulang belakang dalam yang berwarna abu-abu berbentuk seperti kupu-kupu (ada yang mengatakan mirip huruf H) dan terdiri atas:
1. Akar dorsal yang mengandung saraf sensori
2. Akar ventral yang mengandung saraf motor eferen
3. Saluran pusat (canal central) yaitu saluran yang mengandung cairan serebrospinal yang berhubungan dengan rongga ventrikel dalam otak (suwolo, 1994).

Berdasarkan fungsinya, saraf tepi dikelompokkan menjadi dua, yaitu saraf somatik (saraf sadar) dan saraf otonom (saraf tidak sadar).
a.  Saraf somatik
Saraf somatik mengatur gerakan yang disadari, misalnya gerakan kepala, badan, dan anggota gerak. Neuron sensori  didalam saraf somatik mengirimkan informasi dari kulit, otot rangka, dan tendon ke sistem saraf pusat. Neuron motorik didalam saraf somatik mengirimkan perintah yang dibawa dari otak dan sumsum tulang belakang menuju otot rangka.
b. saraf otonom
Saraf otonom mengatur gerakan yang tidak disadari, misalnya gerakan otot polos, otot jantung, dan kelenjar.
Berdasarkan sifat kerjanya, saraf otonom dibedakan dua, yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatetik. Kedua saraf tersebut bekerja pada efektor yang sama, namun pengaruh kerjanya berlawanan, sehingga keduanya bersifat antagonis.
    1. Saraf simpatik
Saraf simpatik memiliki ganglion yang terletak di sepanjang tulang punggung  dan menempel pada sumsum tulang belakang. saraf simpatik memiliki serabut praganglion yang pendek, sedangkan serabut pascaganglion panjang.
    2. Saraf parasimpatik
Saraf parasimpatetik memiliki serabut praganglion panjang dan serabut pascaganglion pendek. Susunan saraf parasimpatetik berupa susunan saraf yang berhubungan dengan ganglion –ganglion yang tersebar di seluruh tubuh.Fungsi sistem  saraf parasimpatetik merupakan kebalikan dari simpatik.









gambar. Kerja saraf otonom
Pada praktikum ini, katak yang di beri perlakuan dengan single pithing memiliki kemampuan yang lebih baik dalam kordinasi antara otak dengan saraf=saraf motorik yang ada pada otot tungkai, sehingga katak yang diberi perlakuan single pithing akan merespon lebih baik terhadap rangsangan dibandingkan dengan katak dengan perlakuan dobel pithing. Hal ini di karenakan katak yang di single pithing hanya akan mengalami kematian pada ssraf-saraf sadarnya.penusukan pada bagian foremen osipital akan membuat saraf pusat rusak hubungannya namun pada saraf tak sadar yang ada pada sumsum tulang belakang masih bekerja.

Lemahnya reaksi pada katak dengan dobel pithing, dikarenakan saraf-saraf pada katak mati sama sekali dengan dua kali penusukan, dibagian foramen osipital dan bagian canalis vertebralis, sehingga katak dengan dobel piting sama dengan mematikan katak, hanya jika menggunakan dobel pithing katak akan langsung mati, jika dengan single pithing, katak akan kehilangan kemampuan sadarnya sehinggga lama kelamaan katak akan mati.
Penusukan katak pada daerah dari ujung gendang telinga mengakibatkan katak mengalami penurunan reaksi tehadap perlakuan, hal ini dikarenakan katak mulai mengalami penurunan koordinasi yang baik antara otak dengan organ-organ geraknya, selain itu pada katak dengan dobel pithing juga menyebabkan katak mengalami penurunan kemampuan respon terhadap perlakuan secara drastis, penyebabnya adalah karena katak mengalami penurunan koordinasi pada saraf sadar dan tak sadr nya akibat penusukan di foramen osipetal dan canalis vertebralis, sehingga katak dengan dobel pithing akan memiliki kemampuan respon yang sangat rendah, dan lama kelamaan akan mengalami kematian.

V. KESIMPULAN


Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari prektikum ini adalah :

1.      Katak yang di single piting akan memberikan respon yang lebih baik di bandingakan dengan katak dobel piting.
2.      Respon yang masih baik ini dikarenakan katak dengan single piting hanya mengalami kematian pada saraf sadar saja.
3.      Katak dengan dobel piting mengalami penurunan reaksi drastis terhadap suatu perlakuan.
4.      Decebrasi bukan single piting, namun juga dapat mematikan saraf sadar dari katak.
5.      Penurunan reaksi katak karena koordinasi yang tidak baik lagi antara sel-sel saraf nya akibat penusukan atau penggoresan.

DAFTAR PUSTAKA


Campbell, dkk. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid III. Erlangga .Jakarta.

Idel, Antoni. 2000. Biologi Dalam Kehidupan Sehari-hari.Gitamedia Press.           Jakarta.

Isnaeni,wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Yogyakarta.

Kimball, John W. 1983. Biologi. Jilid 2. Ed ke-5. Terjemahan Siti Soetarmi             Tjitrosomo & Nawangsari sugiri. Erlangga. Jakarta.

Soedjono B. 1999. Fisiologi manusia. FMIPA Universitas Negeri Malang.             Malang.

Soewolo,dkk.1994.Fisiologi Hewan. UT. Jakarta.

















L
A
M
P
I
R
A
N

Tidak ada komentar:

Posting Komentar